Standar Kompetensi Lulusan Madrasah, Tumpuan Masa Depan Indonesia

Details

Category: Pendidikan

Published on Jumat, 09 Oktober 2015 - 12:30:31 WIB

Written by Administrator

Hits: 2049

Tangsel (Pinmas) — Pendidikan agama tidak dipungkiri menjadi salah satu benteng penting dan bisa diandalkan dalam menyambut modernitas global. Karenanya, diperlukan langkah nyata dalam peningkatan kualitas pendidikan agama, salah satunya dengan meningkatkan standar kompetensi lulusan peserta didik.

Pesan ini disampaikan Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin kepada para Kepala Seksi Kurikulum (Kasi) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan para guru madrasah. Menurutnya, jajaran Ditjen Pendidiakn Islam dari pusat sampai daerah harus benar-benar serius dalam memperhatikan peningkatan kualitas pendidikan agama sehingga di masa mendatang Indonesia tidak terjebak menjadi Negara sekuler. “Karena ini akan sangat menentukan dan tercetaknya generasi Indonsia ke depan,” katanya di Hotel Grand Zuri BSD City, Rabu (07/10).

Jadi Indoensia hari ini, lanjut Dirjen, sesungguhnya menaruh harapan besar dari madrasah. Sebab, jika Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) tidak mencetak pendidikan keagamaan Islam yang bermutu, maka Indonesia bisa menjadi Negara sukuler.

Kamaruddin memandang madrasah sebagai salah satu benteng pertahanan pendidikan agama yang bisa diandalakan. “Kita tidak bisa berharap dari sekolah, hanya belajar agama selama dua jam satu minggu. Sementara 66 juta anak2 itu disekolahkan di sana, mereka akan mampunyai pengalaman pendidikan agama yang sangat standar,” paparnya

Menurutnya, suka tidak suka, tren globalisasi akan terus menancapkan pengaruhnya dan bersamaan dengan itu, madrasah dan pesantren menjadi salah satu harapan. “Jika dua lembaga ini berhasil memberikan pendidakan bermutu dan berkualitas maka generasi Indonesia bisa bertahan,” terangnya.

Di hadapan para Kasi dan guru yang hadir, Dirjen mengimbau agar mereka dapat melakukan evaluasi pelajaran agama yang salama ini dihadirkan kepada anak-anak madrasah. Ia berharap, jangan sampai apa yang selama ini diberikan hanya sekadar pemahaman yang bersifat koginitif saja.

“Tapi juga bagaimana (pelajaran) agama mampu membentuk karakter, sebagai instrument transformative, bisa merubah dan membentuk perilaku anak-anak kita. Memperkuat kesalehan di sisi lain, dan bisa menjadi instrumen perekat sosial, dalam artian bahwa ajaran tentang kerukunan toleransi dan menghargai perbedaaan itu juga harus diajarkan,” pungkasnya.